Don't let the pain gain
Then here you come.....
when the heart pain
Been ignored for long time
Been hurt over and over
then here you come.....
come in the right time
come in the special moment
then here you come...
offering your heart to be mine
then here I come....
and just can say...
don't let the pain gain....
when the heart pain
Been ignored for long time
Been hurt over and over
then here you come.....
come in the right time
come in the special moment
then here you come...
offering your heart to be mine
then here I come....
and just can say...
don't let the pain gain....
Jejak pada Pagi
Kaki kaki dingin melangkah
Tinggalkan semburat pijak
Pada pagi yang belum terang
Pori kulit masih menggigil
dan embun masih menggelayut
enggan ia terjatuh
Demi ufuk yang masih malu bersua
dengan kami di pesisir ini
Warna kuning nya menghias langit pagi
namun belum mengusir sepi
Demi embun yang masih ingin tertidur
demi nafas yang masih berasap
Kami disini menunggu sinar
Pada pagi yang masih gelap
Aku dengan tangan yang menggenggamnya
Aku yang tengah bersandar di pundaknya
Mata ini ingin terlelap
Pada pagi yang masih gelap
Tangan ini ingin mendekap
Bahu itu yang masih tegap
Demi fajar yang sedang kami nanti
di pesisir pagi ini
Dengan alunan lagu ombak
karena kami tengah di pasir
Air laut menyentuh kaki kami
Buihnya lembut mencium kaki
Kaki kami merasa dingin oleh air asin
Kamu bilang aku mentarimu
Dan aku bilang kamu cahaya kuning di mentari itu
Cantik, indah pula
Memberi warna yang merona
Kamu bilang akan tetap menjabat tangan ini
Aku bilang,
Tak akan ku lepas sampai nanti...
Kata-kata ini
Kelak harus kau ingat
sebagai jejak pada pagi
Tinggalkan semburat pijak
Pada pagi yang belum terang
Pori kulit masih menggigil
dan embun masih menggelayut
enggan ia terjatuh
Demi ufuk yang masih malu bersua
dengan kami di pesisir ini
Warna kuning nya menghias langit pagi
namun belum mengusir sepi
Demi embun yang masih ingin tertidur
demi nafas yang masih berasap
Kami disini menunggu sinar
Pada pagi yang masih gelap
Aku dengan tangan yang menggenggamnya
Aku yang tengah bersandar di pundaknya
Mata ini ingin terlelap
Pada pagi yang masih gelap
Tangan ini ingin mendekap
Bahu itu yang masih tegap
Demi fajar yang sedang kami nanti
di pesisir pagi ini
Dengan alunan lagu ombak
karena kami tengah di pasir
Air laut menyentuh kaki kami
Buihnya lembut mencium kaki
Kaki kami merasa dingin oleh air asin
Kamu bilang aku mentarimu
Dan aku bilang kamu cahaya kuning di mentari itu
Cantik, indah pula
Memberi warna yang merona
Kamu bilang akan tetap menjabat tangan ini
Aku bilang,
Tak akan ku lepas sampai nanti...
Kata-kata ini
Kelak harus kau ingat
sebagai jejak pada pagi
Embun dan Ilalang
Bening embun menggelayut di ujung daun
Bertengger di tepi hijaunya
Dahan itu masih selalu menopang ranting
Bertengger kumbang di atasnya
Warnanya merah dan hitam
Bulat bentuknya
Embun itu kini jatuh tepat pada ilalang
dibawahnya
menelungkup tertunduk ilalang itu pada tanah
rengkuh badan sebab sang embun
melihatnya sejenak terfikir
aku ilalang
dan kamu embun
aku makhluk pendiam
aku goyang jika angin meniupku
aku bebas lepas tak ada yang mengikat
aku sudah diam di kaki pohon sedari lama
meski aku hanya sendiri
kamu embun bening penyejuk pagi
kamu buih alam menggambarkan dingin ditengah bara
kamu bergelayut berpindah tempat dari sana ke sini
kamu indah menggugah setiap pandangan mata
aku ilalang selalu goyang
kamu embun selalu tak tetap
aku ilalang tak pernah tak diterpa angin
kamu embun, sempurna di mata namun rapuh
aku ilalang mandiri namun aku sepi
kamu embun, satu namun menyatu
ketika embun menyentuh ilalang
ia seolah menemukan tempat bernaung yang tepat
ketika embun tiba di tangkai sang ilalang
ia menyambut seolah telah lama menunggu kesejukannya
keduanya saling menemukan
keduanya saling merengkuh
karena keduanya memang butuh
karena keduanya memang menyeluruh
karena keduanya memang rapuh, tanpa satu sama lain
kamu embun yang sejuk namun rapuh
dan aku ilalang yang bebas namun sepi
kita rapuh tanpa satu sama lain
*dedicated for my best part of my life, my sustainer...a poem with love
Ahmad Imanul Adzqia
Kamu
Berbekal rasa aku bersamamu
Bermandikan asa dan harap aku di sisimu
Berpegangan tangan kita melangkah manuju satu
Cinta ingin kini sebening kristal
Merona merah bertabur jingga
Meluap buih bagaikan ombak berwarna petal
Menyisir pantai kaki kita berdua
Semoga setiap rongga jari ini akan tetap begini
Saling berkait terus membimbing
lengan pun tak pernah ingin mengasing
Memadu dalam satu genggaman jemari
Kaki kita semoga tak berat melangkah
Ke tempat indah yang pernah singgah
sempat singgah dalam mimpi
Sayang, jangan lepas genggaman mu
Biarkan jemari ku tetap bersemayam disitu
Sama sama menggenggam
Agar kebersamaan kita seindah pualam
Aku tak akan lelah disampingmu
Aku tak akan jengah bepanut padamu
Genggam tanganku tanpa peluh
Jangan lepas ia dan bertukar labuh
Tidak ada komentar:
Posting Komentar